Ribuan orang dari kalangan buruh, mahasiswa, dan masyarakat sipil serentak melakukan aksi demonstrasi tolak undang-undang omnibus law uu cipta kerja selasa (6/20).
Mereka melakukan aksi di kota-kota besar seperti Bandung, Banten, Tangerang, Bogor, Bekasi, Solo, hingga Surabaya.
Massa aksi secara terang-terangan menolak UU Kontroversial yang baru saja disahkan dalam Rapat Paripurna DPR RI, Senin (5/10), itu.
Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) pun sebelumnya menyebut sebanyak dua juta buruh dari sekitar 10 ribu perusahaan di 25 Provinsi akan melakukan aksi mogok nasional yang berlokasi di lingkungan perusahaan masing-masing dalam rentang waktu 6-8 Oktober 2020.
Di Bandung, mahasiswa menggelar aksi unjuk rasa mendesak pemerintah mencabut UU Cipta Kerja yang telah disahkan. Terpusat di depan Gedung DPRD Provinsi Jawa Barat, Selasa (6/10) siang hingga sore, massa menggelar aksi teatrikal hingga bakar ban.
Tak hanya mahasiswa, ribuan buruh di Kota Bandung juga menggelar aksi serupa di depan Balai Kota Bandung, Jalan Wastukencana. Ketua Umum Pimpinan Pusat Federasi Serikat Pekerja Tekstil, Sandang Dan Kulit (FSP TSK) SPSI Roy Jinto meminta pemerintah membatalkan UU Cipta Kerja.
Ia, yang juga menjabat Presidium Aliansi Gekanas (Gerakan Kesejahteraan Nasional) itu, mendorong agar pemerintah kota/kabupaten menyurati presiden untuk membatalkan UU tersebut melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu).
Kedua kelompok masyarakat ini menyatakan akan terus menggelar aksi hingga Omnibus Law Cipta Kerja dibatalkan.
Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com di lokasi, pasca-aksi mahasiswa yang kelar pukul 15.00 WIB, ada massa yang bergerak ke arah jembatan layang Pasupati. Mereka kemudian melakukan aksi pendudukan selama sekitar satu jam.
Massa lain yang mengenakan baju hitam bergerak ke arah Taman Cikapayang, Dago. Imbasnya, Jembatan Pasupati sempat diblokir hingga lalu lintas lumpuh. Atas aksi masyarakat sipil itu, sejumlah ruas jalan di kawasan Balai Kota ditutup dan dijaga oleh personel kepolisian dari Dalmas Polrestabes Bandung dan Polda Jabar.
Berdasarkan data sementara, sejumlah fasilitas publik pun rusak di antaranya pot bunga, water barrier, dan rambu. Kerusakan terjadi di kawasan Cikapayang dan Taman Balai Kota.
Sekitar pukul 18.00 WIB, kondisi mulai memanas sehingga aparat keamanan melepaskan tembakan air dari kendaraan meriam air (water cannon) setidaknya lima kali kepada massa yang bertahan di depan Gedung DPRD Jawa Barat.
Berbeda dengan aksi mahasiswa pada siang hari, pada malam hari massa terlihat tanpa mengenakan identitas seperti jas almamater. Massa yang masih bertahan itu didominasi para pemuda berbaju hitam. Selain meneriakkan yel-yel revolusi, massa juga melakukan tindakan vandalisme di dinding-dinding Gedung DPRD, dan juga sempat berupaya merusak pagar dan mencoba menerobos masuk.
Hingga pukul 20.00 WIB situasi di depan Gedung DPRD Jabar tepatnya di Jalan Diponegoro sudah berangsur kondusif. Merespons aksi itu, Kapolrestabes Bandung, Kombes Ulung Sampurna Jaya menyebut massa yang bertindak anarkistis dalam demo di depan Gedung DPRD Jawa Barat bukan dari kalangan mahasiswa maupun buruh.
Ulung menilai demonstrasi di Bandung sebelumnya berjalan aman dan lancar, hanya saja di luar aksi pukul 18.00 WIB di depan Gedung DPRD Jabar terjadi kericuhan.
Pihak kepolisian pun memutuskan untuk menangkap sedikitnya 10 orang dari insiden bentrok itu. Mereka kemudian diperiksa oleh jajaran Satreskrim Polrestabes Bandung.
No comments:
Post a Comment