Jakarta (17/8) - Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman menilai pemerintah gagal mengelola hubungan terkait strategi melakukan mitigasi pandemi dan pemulihan ekonomi selama lima bulan berjalan.
"Tampak sekali bahwa pemerintah gagal paham dalam mengelola hubungan antara bagaimana strategi melakukan mitigasi pandemi dan pemulihan ekonomi," kata Sohibul Pidato Kebangsaan dalam Upacara Virtual Peringatan HUT ke-75 Republik Indonesia, di Halaman DPP PKS, Jakarta Selatan, Senin (17/8/2020).
Para ahli kesehatan dan ekonomi, ujar dia, telah sepakat bahwa kinerja ekonomi adalah fungsi dari kemampuan kita dalam menangani permasalahan Pandemi.
"Artinya, jika Pemerintah semakin cepat dan tepat mengatasi Pandemi, maka ekonomi akan semakin cepat pulih. Dan sebaliknya, jika Pemerintah semakin lambat dan tidak akurat dalam menangani Pandemi maka ekonomi juga akan semakin lambat pulihnya," ungkap dia.
Ia menjelaskan bahwa bangsa ini seharusnya memiliki keyakinan yang sama bahwa ekonomi cepat atau lambat akan pulih kembali (rebound) sedangkan warga dan tenaga medis yang meninggal tidak akan bisa kembali lagi. Setiap warga yang meninggal yang diumumkan oleh pemerintah bukanlah angka statistik saja.
"Jangan pernah beranggapan bahwa korban warga yang meninggal dan yang terinfeksi sebagai biaya dari krisis. Apalagi jika itu dianggap sebagai biaya dari pemulihan ekonomi," ungkap dia.
PKS sudah jauh-jauh hari memperingatkan pemerintah melalui surat terbuka yang ditujukan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Kita tegaskan bahwa dalam penanganan Covid-19 ini, kita harus berfokus pada penanganan kesehatan. Jangan korbankan penanganan pandemi untuk kepentingan ekonomi. Pemerintah tidak bisa menyelesaikan persoalan kesehatan dan persoalan ekonomi secara bersamaan. Ini akan menjadi double mistake. Gagal mengendalikan pandemi. Gagal memulihkan ekonomi. Ternyata kebijakan pemerintah hari ini membuahkan hasil yang menyedihkan. Kesehatan masih tetap terbengkalai, kurva pandemi kita tetap naik. Sisi lain, kondisi ekonomi kita makin terpuruk," tegas Sohibul.
No comments:
Post a Comment