GALAMEDIA - Cara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menghadapi meledaknya kasus Covid-19 di Indonesia kembali mendapat kritikan.
Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PKS, Sukamta menyebut cara yang selama ini dilakukan masih menganut asas 'Apes' alias asal pemimpin senang.
Sindiran ini disampaikan Sukamta menanggapi pernyataan Pemerintah melalui koordinator PPKM Darurat di Jawa dan Bali Luhut Binsar Pandjaitan.
Sebelumnya, Luhut menyatakan kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia saat ini sangat-sangat terkendali.
Ia menampik berbagai anggapan yang menyebutkan kondisi pandemi di Tanah Air tidak terkendali.
"Koordinator PPKM Darurat Jawa Bali harus jujur menyampaikan kepada Presiden Joko Widodo mengenai kondisi sesungguhnya di lapangan. Jangan membuat laporan yang isinya agar presiden senang. Padahal kondisi Indonesia tidak baik-baik saja," ujar Sukamta, dikutip dari laman resmi PKS.
Sukamta masih mengutip data kasus baru Covid-19 di Indonesia per 15 Juli 2021 yang mencapai 56.757 kasus dengan rata-rata penambahan kasus baru dalam seminggu terakhir 41.521.
Sedangkan kasus kematian berjumlah 982 kasus dengan 900 kematian rata-rata dalam 7 hari terakhir.
Dibandingkan dengan kasus baru di Amerika Serikat sejumlah 20,450 kasus dengan jumlah kematian 211, India saat ini kasus baru mencapai 38,792 dengan kematian 624.
Brazil sebagai negara di Amerika Latin dengan kasus baru tertinggi mencapai 17,031 kasus, jumlah penduduknya yang mati karena Covid-19mencapai 745.
Hampir sama dengan Rusia dengan kasus kematian sejumlah 786 dan kasus baru 23,827.
Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI ini menyatakan, jumlah kasus baru dan kematian akibat Covid-19dengan tren terus meningkat tinggi menunjukan bahwa kondisi Covid-19 Indonesia tidak terkendali.
Sukamta berpesan pemerintah harus jujur jangan meracuni pemikiran rakyat bahwa Indonesia baik-baik saja.
Langkah pemerintah harus jelas, terukur dan berdampak. Jangan terus menerus memainkan psikologi rakyat, membuat framing dengan statement-stament yang menyebutkan bahwa kasus Covid-19 bisa dikendalikan, Indonesia baik–baik saja," tegasnya.
"Lebih baik langkah-langkah penanganan secara strategis bukan seremonial. Langkah yang bisa dilakukan mulai dari penyiapan fasilitas kesehatan, optimalisasi nakes serta percepatan vaksinasi," paparnya.
Kondisi nyata di lapangan, lanjut Sukamta, masyarakat tidak mendapatkan pelayanan kesehatan kegawatdaruratan yang memadai.
Akibatnya kematian banyak terjadi ketika masyarakat sedang menjalani isolasi mandiri di rumah.
Kematian di rumah sakit juga meningkat akibat pasien datang ke rumah sakit dengan kondisi kritis dan butuh penanganan segera namun penanganan tidak bisa dilakukan secara maksmial karena jumlah ruang ICU tidak mencukupi, kekurangan pasokan oksigen, tenaga nakes terbatas," ungkap dia.
Fakta lainnya, masyarakat kesulitan membeli obat-obatan khusus Covid-19 dan kalaupun ada jumlahnya terbatas dan harganya mahal," pungkasnya.
No comments:
Post a Comment