Saturday, August 28, 2021

Di Kongres Alumni KAMMI, Anies Baswedan: Aktivis Mahasiswa Penuh Tepuk Tangan

  


TEMPO.CO, Jakarta - Gubenur DKI JakartaAnies Baswedan memberikan orasi politik dalam Kongres Nasional II Keluarga Alumni KAMMI. Berbalut batik, Anies berpidato selama sekitar 20 menit dari atas mimbar.

Isi pidato Anies ditujukan kepada aktivis mahasiswa, mereka yang baru selesai dari dunia kampus atau alumni muda KAMMI. Dia menggambarkan beberapa hal yang akan dihadapi di masa depan oleh orang-orang itu.

"Menjadi aktivis mahasiswa itu penuh dengan tepuk tangan, pujian, tanda kehormatan, sebagai pejuang muda. Tapi masa selesai mahasiswa, itu rute sunyi, senyap, dan minim tepuk tangan," kata Anies dalam pidatonya yang disiarkan secara langsung, Sabtu, 28 Agustus 2021.

Menurut Anies, waktu selama 15 tahun setelah mahasiwa akan menjadi masa krusial dan menentukan bagi masa depan aktivis. Masa-masa ini akan penuh tantangan.

Rute untuk berkiprah setelah menjadi aktivis mahasiswa, kata Anies, kini juga beragam. Dia mengimbau agar para alumni tidak hanya fokus pada rute tradisional, yaitu politik praktis. Alumni UGM itu mengatakan, kompetitor untuk berkiprah juga tak hanya datang dari kampus atau organisasi aktivis lain. Melainkan juga berasal dari lulusan kampus-kampus Eropa, Amerika, Australia dan lain-lain.

"Bila yang berada di jalur tradisional tidak secara serius melihat rute-rute baru untuk menuju peran di bidang perpolitikan, maka ada potensi kita yang berada di jalur aktivis tradisional makin hari makin kecil perannya."

Anies menyebutkan bahwa kompetensi meritokrasi tidak akan bisa dihindari lagi di masa depan. Ketika berbicara era itu, kata dia, tak ada pilihan kecuali mengembangkan kemampuan sedini mungkin. Anies mengimbau agar para aktivis memiliki core competencies.

"Tidak semua keputusan itu hanya mengandalkan exercise intellectual, sebagian akan membutuhkan kemampuan technical skills," kata Anies.

Kondisi yang akan dihadapi aktivis masa kini, papar Anies, jelas berbeda dengan masa lalu. Menurut dia, aktivis dulu banyak diskusi, serta berpidato dengan pemilihan diksi-diksi sulit agar terlihat cerdas.

"Zaman mahasiswa ini makin susah kosa katanya berarti makin banyak bacaannya, walaupun yang ngomong belum tentu paham apa yang dikatakan, tapi yang dengerin juga nggak berani tanya," ucap mantan Rektor Universitas Paramadina tersebut.

Ke depan, kata dia, kita perlu betul-betul mendorong untuk bisa down to earth dan technicality. "Tidak bisa tidak, karena kompetisi akan mengandalkan meritokrasi," ujar Anies Baswedan.

No comments:

Post a Comment

Wali Kota Resmikan Penggunaan Pintu Air Phb Pondok Bambu

   Wali Kota Administrasi Jakarta Timur, M. Anwar, menghadiri temu warga RW 011 Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit, Minggu (12/2/...