Tuesday, April 27, 2021

Cerita Anies Baswedan Diminta Bermalam di Kamar Kyai Ageng Besari

  


TEMPO.COJakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bercerita tentang joglo yang berada di rumah pribadinya di kawasan Lebak Bulus Jakarta Selatan.

Tahun 2009, menerima amanah utk memanfaatkan dan mengurus sebuah Joglo yang usianya lebih dari 300 tahun. Sejak itu berkeinginan untuk bisa menjenguk lokasi asalnya yaitu Desa Tegalsari,” tulis Anies dalam akun Facebook-nya pada Selasa, 27 April 2021.

Anies bercerita, joglo yang diamanahkan kepada dirinya itu merupakah warisan dari keluarga ulama besar Kyai Muhammad Besari yang wafat pada 1747. Ulama besar itu, kata Anies, merintis padepokan Gebang Tinatar sekitar tahun 1700-an. “Pusat pendidikan agama ini lalu membesar dan berperan sentral di masanya,” kata Anies. Pondok tersebut, lanjut dia, melahirkan banyak kyai dan tokoh yang berpengaruh di tanah Jawa.

Anies berkunjung ke Desa Tegalsari, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur seusai meneken kerja sama penyediaan beras untuk Ibu Kota dengan Kabupaten Ngawi.

Anies rencananya hendak silaturahmi di Tegalsari sampai petang, lalu kembali ke Madiun untuk menginap di sebuah hotel di sana. Namun, ia mengatakan salah seorang keluarga keturunan Kyai Ageng Besar, Dzuriyah, meminta dirinya bermalam di Ndalem Ageng. Ia hendak mengobrol panjang lebar dengan Anies.

“Jadi, dimulai dengan ziarah ke makam Kyai Ageng Besari, lalu silaturahmi mulai maghrib, dilanjutkan dengan Tarawih di Masjid yang didirikan sekitar 1725, lalu dilanjutkan dengan ngobrol santai hingga larut malam di pendopo Ndalem Ageng. Dalam silaturahmi itu kami jelaskan bahwa joglo warisan itu terus dirawat dan digunakan kegiatan masyarakat sekitar rumah kami di Lebak Bulus,” kata Anies.

Anies mengatakan keluarga keturunan Kyai besar itu mengundang dirinya untuk tidur di Ndalem Njero, kamar yang dulu digunakan oleh Kyai Ageng Besar. “Sebuah kehormatan luar biasa, karena selama ini tidak pernah digunakan untuk tidur dan tidak ada yg diizinkan untuk tidur di kamar itu,” ucap Anies. Ia mengatakan tidur sendirian di kamar itu hingga saat sahur.

Menurut Anies Baswedan, kamar itu besar dan terasa teduh, tenang, dan nyaman. Kayu di kamar tersebut sangat tua sehingga ada lapisan yang membuat warnanya terkesan menjadi abu-abu. Ia menyebut bahwa dipan asli sudah tidak digunakan. “Potensi rapuh akibat usia yang amat panjang,” ujar Anies. “Sebuah kehangatan silaturahmi yang luar biasa. Dan, pengalaman bermalam di kamar itu adalah pengalaman yang menyenangkan, yang extra-ordinary.”

No comments:

Post a Comment

Wali Kota Resmikan Penggunaan Pintu Air Phb Pondok Bambu

   Wali Kota Administrasi Jakarta Timur, M. Anwar, menghadiri temu warga RW 011 Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit, Minggu (12/2/...